Tujuh Kota Paling Layak Huni di Indonesia, Pontianak Termasuk Kota Tak Layak Huni
KAPUAS HULU, Uncak.com - Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia meluncurkan indeks kota layak huni di Indonesia, pada Selasa, (30/1/2018) di Kementerian Agraria dan Tata Ruang Jakarta.
Ketujuh kota tersebut yakni Solo (66,9 persen), Palembang (66,6 persen), Balikpapan (65,8), Denpasar (65,5 persen), Semarang (65,4 persen), Tangerang Selatan (65,4 persen) dan Banjarmasin (65,1 persen).
Ketua Kompartemen Livable City IAP Elkana Catur mengatakan Solo terpilih menjadi kota yang memiliki nilai paling tinggi dan konsisten menjadi kota yang layak huni bagi warganya.
"Solo dan Balikpapan adalah kota yang konsisten sebagai Top Cities. Kota Solo adalah kota yang memiliki indeks tertinggi disusul dengan Balikpapan dan kota lainnya," kata Elkana, seperti yang dikutip pada laman idntimes.com.
Hasil survei juga terungkap jika aspek ketercukupan pangan dan fasilitas peribadatan serta pelayanan keagamaan dari sebuah kota menjadi aspek paling memuaskan bagi masyarakat dengan presentase mencapai 76 persen.
Aspek ketiga yang dirasa cukup membuat masyarakat Indonesia merasa nyaman tinggal di kotanya yaitu pengelolaan air bersih, angkanya mencapai 75 persen. Fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan juga menjadi poin plus masyarakat merasa nyaman hidup di kotanya, kedua angkanya sama yaitu 71 persen.
Selain kota-kota layak huni, survei juga menunjukkan kota-kota yang dinilai tidak layak huni oleh warganya sendiri. Kota-kota tersebut yaitu Pontianak (62,0 persen), Depok (61,8 persen), Mataram (61,6 persen), Tangerang (61,1 persen), Banda Aceh (60,9 persen), Pekanbaru (57,8 persen), Samarinda (56,9 persen), Bandar Lampung (56,4 persen), Medan (56,2 persen), dan Makassar (55,7 persen).
Indeks tersebut disusun berdasarkan hasil survei yang digelar di 26 kota dan 19 provinsi. Masing-masing kota diwakili oleh 100 hingga 200 warga yang menetap di kota tersebut. Margin of error survei ini sebesar 95% survei dengan menggunakan metode kuisioner skala likert.
"Pontianak dan Medan konsisten menempati urutan bawah. Makassar kota metropolitan dan perekonomian makin maju ternyata malah menurun," jelas Elkana.
Adapun lima aspek terbawah yang paling dirasa kurang oleh masyarakat adalah ketersiadaan transportasi, keselamatan, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta informasi pembangunan dan partisipasi masyarakat.
"Sekarang ini sebenarnya banyak warga berharap bisa dilibatkan lebih luas dalam proses pembangunan, ini perlu diperhatikan," ujarnya.
Menurut Ketua Umum IAPI, Bernadus Djonoputro terdapat beberapa indikator untuk penentuan sebuah kota layak dihuni atau tidak ketercukupan pangan, fasilitas peribadatan, pengelolaan air bersih, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, transportasi, keselamatan kota, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, dan informasi pembangunan dan keterlibatan masyarakat. Red
Tidak ada komentar