Poskesdes Nanga Lauk Kosong, Warga Khawatir Jika Sakit Mendadak
Poskesdes Nanga Lauk yang tidak ada petugas kesehatannya. |
Akibatnya, untuk kebutuhan medis (berobat), warga terpaksa harus pergi ke Kota Kecamatan bahkan ke Kota Kabupaten yang tentunya mengeluarkan biaya yang jumlahnya tidak sedikit.
Demikian disampaikan Asmadi dan dibenarkan oleh sejumlah warga desa Nanga Lauk kepada wartawan beserta pimpinan umum yang juga pemilik uncak.com ketika berkunjung selama 2 (dua) hari yakni Jumat hingga Minggu ke desa tersebut.
Berdasarkan pengetahuan sejumlah warga yang disampaikannya kepada media ini, dibangunnya Poskesdes itu merupakan wadah bagi kesehatan masyarakat.
"Sepengetahuan kami, dibangunnya Poskesdes ini berarti petugas kesehatannya juga harus ada dan siap melayani segala keluhan masyarakat mengenai kesehatan warga masyarakat di desa sebelum penanganan lebih lanjut ke Puskesmas atau ke rumah sakit. Namun sekitar tiga tahun terakhir ini Poskesdes itu tidak ada petugasnya. Sementara kami sangat membutuhkan petugas kesehatan di desa ini, karena ketika ada warga yang sakit, terpaksa harus dibawa ke Kota Kecamatan bahkan ke Kota Kabupaten, dimana tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sebab aksesnya hanya melalui jalur sungai karena belum ada akses jalur darat sehingga memakan waktu dan biaya yang lumayan besar dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh. Ini suatu kerugian bagi kami selaku warga, karena Poskesdes ini tidak ada petugas kesehatannya," ujar Asmadi yang juga dibenarkan oleh sejumlah warga setempat, Minggu (3/2/2019).
Atas kondisi tersebut, warga sangat berharap kepada Pemerintah Daerah Kapuas Hulu melalui Dinas Kesehatan agar menempatkan beberapa bidan atau perawat untuk tinggal di Poskesdes Nanga Lauk guna menangani kesehatan warga.
Karena dengan adanya petugas kesehatan, baik bidan maupun perawat, segala bentuk keluhan warga masyarakat terkait tindakan medis cepat direspon tanpa harus menghubungi petugas kesehatan di Kota Kecamatan lewat handphone lagi.
"Yang kami khawatirkan adalah jika ada warga yang sakit mendadak yang harus segera ditindak medis, seperti ibu melahirkan atau kecelakaan lainnya bisa-bisa tidak dapat terselamatkan akibat tidak adanya perawat atau bidan di Poskesdes tersebut," ungkap Asmadi mewakili warga lainnya.
Menurut Asmadi, sebelumnya (tiga tahun lalu), memang pernah ada dua orang tenaga kesehatan yang ditempatkan di Poskesdes tersebut. Namun semenjak saat itu (dua orang petugas kesehatan pindah) tidak pernah ada lagi petugas kesehatan pengganti dua orang tersebut hingga saat ini.
Sementara itu, informasi lebih lanjut yang berhasil dihimpun oleh media ini selama dua hari berada di desa tersebut, bahwa ada tiga orang warga setempat yang telah berhasil lulus menjadi tenaga kesehatan (perawat) beberapa tahun lalu. Sehingga warga sedikit lega dan bersyukur karena ketika ada warga yang sakit, minimal mendapatkan pertolongan pertama (darurat) oleh salah seorang perawat yang merupakan warga setempat tersebut.
Salah seorang dari tiga perawat yang merupakan warga setempat tersebut yakni Supriadi, S. Kep (26) lulusan Universitas Respati Indonesia (URINDO) tahun 2017 lalu.
Supriadi merupakan putra dari Bapak Asmadi, dimana Bapak Asmadi merupakan seorang petani madu hutan dan nelayan.
"Anak saya ini (Supriadi), sudah kurang lebih dua tahun menganggur terhitung setelah lulus kuliah (wisuda). Oleh sebab itu, saya berharap kepada pemerintah daerah agar dapat memberdayakan warga setempat sesuai profesinya untuk dijadikan tenaga kesehatan di desa tempat tinggalnya supaya dapat dengan leluasa membantu warga di desanya," harap Bapak Asmadi.
[Noto]
Tidak ada komentar