Recent comments

  • Breaking News

    Kratom dan Masa Depan Sektor Pertanian di Kapuas Hulu

    Oleh: M. Arief Fathony
    M. Arief Fathony (kanan), bersama M. Fahmi, Ketua ABDSI sekaligus ICSB Kalbar atau Lembaga Internasional yang mendampingi pengembangan UMKM.
    KAPUAS HULU, Uncak.com - Kapuas Hulu merupakan Kabupaten yang mendapat gelar Kabupaten konservasi di Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini berarti pengelolaan sumber daya alam di Kapuas Hulu harus memperhatikan kepentingan ekologi yang selama ini menjadi harta yang sangat besar bagi Kapuas Hulu bahkan Indonesia dan dunia internasional.

    Tentunya hal ini menjadi tantangan berat bagi pemerintah maupun seluruh pegiat karena ada faktor lain seperti faktor ekonomi dan faktor sosial yang berkaitan dengan masyarakat.

    Kondisi harga karet yang rendah beberapa tahun ini membuat para petani mulai mencari jalan lain agar mereka terus memiliki pendapatan. Beberapa petani   memilih untuk melakukan penambangan emas yang hasilnya cukup menjanjikan.

    Namun, hal ini kemudian sering berbenturan dengan hal hal lain seperti kerusakan lingkungan yang terjadi. Masyarakat kemudian mau tidak mau harus mencari ladang usaha lain.

    Kabar gembira kemudian datang seiring dikenalnya budidaya kratom atau purik yang dikenal sebagai tanaman obat. Kratom sebagai tanaman yang diambil daunnya dan kemudian diproses hingga menjadi bubuk, biasanya dijual dengan harga yang cukup tinggi. Masyarakat Kapuas hulu baru baru ini pun beramai ramai menanam dan berjualan daun kratom. Di tengah angin segar ini, sempat hadir kecemasan pada masyarakat ketika terdengar desas desus status legalitas daun kratom yang tidak jelas.

    Masyarakat berpendapat bahwa, jika kratom menjadi illegal, maka hal ini akan mengancam mata pencaharian mereka. Meski akhirnya kabar ini hilang, namun saya berpendapat bahwa masyarakat perlu menyiapkan hal lain agar ketika sesuatu yang buruk datang maka masyarakat akan siap menghadapinya.

    Apa solusinya?
    Dengan sumberdaya alam yang melimpah, saat ini kita perlu mencari jalan lain yang juga sama menghasilkan pendapatan dan yang terpenting adalah mampu terjamin keberlanjutannya. Banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan. Salah satunya adalah mengalihkan lahan kosong untuk ditanam tanaman pangan yang dikenal memiliki nilai tinggi dan siap diterima pasar.

    Salah satunya adalah serai wangi, tanaman ini dikenal mudah tumbuh dan pemeliharaannya cukup mudah, dalam sebuah analisa mengatakan bahwa dalam 1 hektar lahan dapat menghasilkan 20-30 ton serai wangi dalam satu kali panen.

    Pada awal penanaman, memang cukup lama masa panennya yaitu 9-10 bulan. Namun, jika sudah dalam masa produktif maka dapat dipanen 3-4 bulan sekali. Selain serai wangi juga ada komoditi lain seperti jahe merah yang juga hasil produksi per hektarnya juga dapat mencapai 20 ton dalam sekali panen.

    Meskipun keduanya memang diperlukan pengelolaan yang baik, namun saya yakin hal ini bisa diwujudkan mengingat kondisi lingkungan di Kapuas Hulu yang masih sangat terjaga, masih banyak potensi lain yang bisa diandalkan seperti lada, pinang dan lainnya.

    Mengandalkan hasil mentah saja tentu tidak cukup, kita harus melakukan inovasi agar harga yang didapatkan bisa lebih tinggi. Hal ini bisa kita dapatkan dengan cara seperti mengolahnya menjadi bubuk dalam kemasan siap pakai atau dengan branding produk organik yang tentu akan lebih diterima pasar.
    Pada dasarnya kita perlu memanfaatkan sumberdaya alam yang kita miliki dengan sebaik mungkin.

    Selanjutnya tinggal membaca peluang pasar dan pengetahun yang tepat dalam pengelolaan. Hal ini saya sampaikan agar masyarakat siap jika suatu saat usaha kratom menjadi lesu atau bahkan dibatasi peredarannya.

    Editor: Noto

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad