Recent comments

  • Breaking News

    3 Hari Perjalanan, Kontingen Kapuas Hulu Baru Tiba ke Palangkaraya

    Kontingen ekspedisi napak tilas damai Tumbang Anoi dari Kabupaten Kapuas Hulu saat tiba di gerbang perbatasan antara Provinsi Kalbar-Kalteng (Foto/dre).
    PALANGKARAYA, Uncak.com - Setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer, rombongan dari Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang merupakan peserta ekspedisi napak tilas damai Tumbang Anoi Provinsi Kalimantan Tengah, tiba di Palangkaraya, Sabtu (19/7).

    Rombongan yang berjumlah sekitar 28 orang, dengan 7 (tujuh) kendaraan darat itu selanjutnya akan melanjutkan perjalan menuju tempat kegiatan di Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

    "Selama dalam perjalanan, kita harus beberapa kali singgah, karena memang perjalanan sangat luar biasa jauhnya," kata Sekretaris Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kapuas Hulu, Petrus Kusnadi.

    Dari Putussibau, rombongan yang berangkat pada Kamis (18/7) itu langsung menuju Tayan, kemudian dari Tayan, Jumat (19/7) mulai bertolak menuju Provinsi Kalteng dan singgah di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur.

    Dari Sampit, Sabtu (20/7), rombongan kembali menuju Palangkaraya Ibukota Provinsi Kalteng dan tiba sekitar Pukul 15.00 WIB.

    "Setelah sampai di Palangkaraya, kita nginap juga, namun kita sempat dulu mampir ke rumah Betang untuk mengkonfirmasi pihak panitia kegiatan. Kemudian, Minggu (21/7) pagi (besok), kita akan langsung ke tempat kegiatan yang perjalannya juga masih lumayan jauh," tutur Kusnadi.

    Lebih lanjut Kusnadi mengatakan, kegiatan napak tilas damai Tumbang Anoi itu punya makna penting bagi masyarakat Suku Dayak. Oleh karenanya perlu dikenang kembali kilas balik peristiwa bersejarah itu.

    "Karena di Tumbang Anoi itulah lahir sebuah kesepakan masyarakat Dayak terdahulu, untuk bersama-sama menghapus sistem ngayau, sistem dendam dan tidak ada lagi tradisi harus mengorbankan sesama manusia," ujar Kusnadi.

    Konteks jaman sekarang, tambah Kusnadi, memang sudah sangat tidak relevan, karena bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM). Maka Kusnadi menilai, moment perjanjian sekitar 125 tahun silam itu harus dikenang, karena para leluhur Dayak saat itu sudah punya pemikiran yang bijaksana, bagaimana menghargai sesama manusia.

    "125 tahun silam itu masyarakat Dayak sudah punya pemikiran toleransi, rasa cinta damai dan persaudaraan, itu yang harus kita pupuk," papar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kapuas Hulu itu.

    Maka melalui Napak tilas ini, lanjut Kusnadi, harus dikenang kilas balik, bagaimana pemikiran orang tua kita dulu yang dianggap tidak bersekolah, penuh kekurangan namun saat itu mereka sudah punya pemikiran yang sangat maju.

    "Peristiwa ini sangat menarik bagi kita, khususnya Dewan Adat Dayak Kapuas Hulu, kita bergembira sekali dalam perjalanan, menikmati suasana alam lingkungan, baik perkotaan, maupun perkampungan," terang Kusnadi.

    Kusnadi berharap, semoga acara napak tilas itu berjalan lancar. Selain itu, dari informasi yang sangat banyak ia dapat, bahwa dalam rangkaian acara itu selain seminar, akan ada pula ritual adat.

    "Mungkin ritual adat pada 125 tahun silam itu yang akan ditampilkan nanti, dan itu pasti menarik, karena di Tumbang Anoi juga akan bergabung seluruh masyarakat Dayak yang ada di pulau Borneo, dan Sarawak," pungkas Kusnadi.

    Adapun kontingen yang berjumlah sekitar 28 peserta dari Kabupaten Kapuas Hulu tersebut dipimpin langsung oleh Ketua DAD Kabupaten Kapuas Hulu yang juga merupakan Wakil Bupati Kapuas Hulu yaitu Antonius L. Ain Pamero.

    Sedangkan agenda kegiatan, dijadwalkan pada tanggal 22-24 Juli 2019 mendatang di Desa Tumbang Anoi.

    Penulis: Tim Liputan
    Editor   : Noto

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad