Recent comments

  • Breaking News

    Wabup Kapuas Hulu ke Kalteng Melalui Jalan Darat

    Wakil Bupati Kapuas Hulu yang juga merupakan Ketua DAD Kapuas Hulu, Antonius L. Ain Pamero beserta rombongan kontingen saat akan berangkat menuju acara napak tilas damai Tumbang Anoi ke Kalteng (foto bersama), Kamis.
    KAPUAS HULU, Uncak.com - Acara napak tilas damai Tumbang Anoi 1894 di Cagar Budaya Rumah Betang Damang Batu, Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah, akan berlangsung pada 22-24 Juli 2019 mendatang.

    Dalam acara tersebut, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dipastikan hadir. Dimana, lebih dari 20 peserta yang merupakan kontingen termasuk pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kapuas Hulu, telah diutus dan siap untuk diberangkatkan.

    Keberangkatan kontingen Kabupaten Kapuas Hulu itu dikoordinir dan dipimpin langsung oleh Ketua DAD Kabupaten Kapuas Hulu, Antonius L. Ain Pamero.

    Antonius mengatakan, napak tilas damai di Tumbang Anoi itu sudah sejak lama dipersiapkan. Dimana pihaknya ikut berpatisipasi. Sebab, sudah berkoordinasi dengan DAD dan pemerintah daerah setempat.

    Antonius berharap, agar semua berjalan lancar. Baik mulai dari perjalanan rombongan hingga pada saat acara nanti.

    "Perlu lebih awal bertolak menuju tempat kegiatan, mengingat waktu perjalanan cukup panjang," terang Antonius L. Ain Pamero yang juga selaku Wakil Bupati Kapuas Hulu itu disela-sela mempersiapkan keberangkatan, Kamis (18/7/2019).

    Dijelaskannya, keberangkatannya bersama rombongan (kontingen) tersebut dari 1 (satu) minggu hingga 10 hari, dikarenakan memakan waktu yang cukup lama dalam perjalanan darat.

    Dirinya juga sangat mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan napak tilas damai Tumbang Anoi tersebut, sebab merupakan sejarah bagi suku dayak yang bermakna perdamaian.

    "Bagi masyarakat dayak yang cinta damai, maka ini bisa menjadi contoh. Sebab, di situ sudah dimulai sebuah ikrar oleh masyarkat dayak untuk tidak lagi melakukan kekerasan," papar Anton.

    Sehingga, lanjut Anton, apa yang sudah diupayakan dan diputuskan oleh para leluhur itu, harus dihargai.

    "Mengenang jasa leluhur merupakan hal yang sangat penting dan berarti. Oleh sebab itu apa yang telah diputuskan tersebut, dapat berjalan wajar, tanpa ada perbedaan. Dimana kita masyarakat dayak sadar bahwa kita multi suku, dan agama. Maka, jadikanlah itu sebagai modal dalam mengikat persatuan dan kesatuan," tutur Anton.  [Noto]

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad