Recent comments

  • Breaking News

    Omzet Menurun 70%, Pemilik Warung Makan di Putussibau Ini "Menjerit"

    Warung makan Pink Tea, yang beralamat di Jalan Kom Yos Sudarso Putussibau, tepatnya di depan Mini Market Sinar Diamond, yang buka pada malam hari (Foto: Noto).
    KAPUAS HULU, Uncak.com - Dalam rangka untuk melindungi warganya dari meluasnya penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), pemerintah mengeluarkan kebijakan physical distancing.

    Namun, di sisi lain, kebijakan tersebut berdampak buruk bagi kelangsungan perekonomian, khususnya usaha kecil. Salah satunya warung makan. Karena menurunnya jumlah pelanggan setelah banyak perusahaan dan instansi menerapkan sistem Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah, untuk melindungi karyawan dan para pegawainya.
    Warung makan Sederhana, beralamat di Jalan Kom Yos Sudarso Putussibau, tepatnya di depan Angkringan Ente/depan Mini Market Sinar Diamond (Foto: Noto).
    Seperti halnya yang dialami Surya Yanto, pemilik warung makan Pink Tea, yang beralamat di Jalan Kom Yos Sudarso atau tepatnya di depan Mini Market Sinar Diamond itu.

    Surya Yanto mengatakan, selama Pandemi COVID-19 ini, penghasilannya menurun drastis hingga mencapai 70 persen.

    Warung makan yang menyediakan menu andalan Cap Chai, nasi goreng seafood, mie tiau goreng seafood, ayam goreng tepung, cumi goreng asam manis, dan udang goreng mentega itu sangat merasakan dampak negatif terhadap usahanya selama Pandemi Corona ini.

    "Selama Pandemi COVID-19 ini, usaha saya susah untuk balik modal, apalagi dapat untung," ujar pria yang akrab disapa Ace itu, ditemui langsung di tempat usahanya, Jumat (17/4).

    Ace mengakui, wabah virus corona yang tidak diduga ini dapat memberikan pukulan berat bagi kelangsungan usahanya.

    "Pendapatan saya menurun drastis sekitar 70 persen. Dimana sebelum Pandemi COVID-19 ini, penghasilan kotor saya bisa mencapai Rp 1 juta per malam. Namun saat ini, untuk mendapatkan hasil kotornya Rp 200 ribu saja susah," kesalnya.

    Selain itu, lanjut Ace,  kenaikan berbagai bahan pokok khususnya gula pasir sangat berpengaruh besar terhadap kondisi usaha warung makannya itu.

    "Harga gula pasir saat ini naik drastis, mencapai Rp 23 ribu per kilogram bahkan harganya ada yang lebih dari itu. Sedangkan pendapatan saya ini hanya mengandalkan konsumen yang makan di tempat, karena keterbatasan teknologi untuk menunjang layanan pemesanan makanan secara online," keluhnya.

    Dikatakan Ace, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), menjadi salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Sebab, kata dia, sumbangan dari sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi pun cukup signifikan.

    Ace berharap kepada pemerintah agar dapat memberikan kebijakan terbaik yang memihak kepada para pengusaha kecil.

    "Karena sekarang ini pendapatan jauh merosot. Saya berharap kepada pemerintah, agar ada kebijakan yang memihak kepada pedagang kecil khususnya di sektor UMKM seperti kami ini," harap Ace.

    Sementara itu, Iskandar, pemilik warung makan Sederhana, yang berdekatan dengan warung makan milik Ace, juga menyatakan hal serupa. Dimana Iskandar mengeluhkan usaha warung makannya itu sejak tiga minggu terakhir ini.

    "Sejak tiga minggu terakhir ini, konsumen sangat sepi akibat dampak COVID-19. Mental saya sangat terpukul," paparnya.

    Selaku pelaku usaha, Iskandar berharap agar pemerintah sudi memberikan dukungan moril disaat bisnisnya tengah terguncang akibat amukan virus jenis baru asal Wuhan tersebut.

    "Saya berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Kapuas Hulu, agar dapat memberikan kebijakan dan dukungan, baik moril maupun materil khususnya kepada pelaku usaha seperti kami ini," ungkap Iskandar. [Noto]

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad